Haiiii! Postingan kali ini saya tujukan buat adek – adek yang
belum kuliah dan yang baru akan memulai kuliah. Mungkin di antara kalian ada
yang sudah tau ataupun malah gak tau sama sekali tentang IPK. Apa sih IPK itu?
IPK adalah singkatan dari Indeks Prestasi Kumulatif, yaitu nilai
akhir yang menjadi t olak ukur intelektual bagi seorang mahasiswa selama masa
pendidikan di perguruan tinggi. IPK biasanya diukur dengan skala angka 1 sampai
4. Mirip – mirip sama raport kalau di SMA. Adik – adik yang di sekolahnya
pernah menggunakan kurikulum tahun 2013 pasti tau istilah ini.
Nah di dunia perkuliahan sendiri, mahasiswa dihadapkan dengan
banyak pola pikir yang membuat mereka selalu mendewakan IPK tersebut. Banyak
anggapan yang mengatakan kalau kalian mendapat IPK rendah pasti akan sulit cari
kerja, sulit dapat jodoh, dsb. Anggapan itu sedikit banyak membuat masa
pendidikan di perguruan tinggi jadi kehilangan esensi untuk menciptakan
generasi bangsa yang berpikiran maju dan ber - attitude baik. Mereka rela melakukan berbagai cara untuk meraih IPK
tinggi.
Kenyataan di lapangan juga makin memperkuat anggapan ‘IPK
harus tinggi’ ini. Banyak perusahaan yang menempatkan IPK sebagai syarat
penentu apakah surat lamaran pekerjaan kalian akan sampai ke tangan HRD atau
akan mengendap di tempat sampah . Rata – rata syarat IPK minimal yang tercantum
di lowongan – lowongan pekerjaan adalah 2.75 atau 3.00. Memang angka itu
kelihatan kecil dan sangat mudah diraih, tapi jika IPK kalian pas – pasan pasti
kalian akan tersingkir dengan cepat dalam kompetisi pencarian kerja. Beasiswa
juga salah satu yang menjadikan IPK sebagai syarat mutlak. Jangan harap dengan
IPK pas – pasan beasiswa bisa diraih. Saya sudah membuktikan bahkan dengan IPK
yang selangit pun jalan untuk meraih beasiswa tidak dijamin mulus.
Di sisi lain, banyak juga mahasiswa yang mempercayai jika IPK
bukanlah segalanya. IPKrendah / biasa – biasa saja tidak apa – apa yang penting
soft skill terasah sempurna dan relasi di mana – mana. Pendapat ini juga tidak
sepenuhnya salah, kenapa?
Di dalam dunia kerja bukan hanya hard skill di bidang akademik
yang diperlukan, tetapi juga soft
skill. Soft skill di sini
maksudnya adalah kemampuan interpersonal, yaitu kemampuan untuk berinteraksi
secara efektif dengan orang lain seperti menyampaikan pendapat, bekerja dalam
tim, kepemimpinan, dll. Nah kemampuan itu hanya sedikit atau bahkan tidak
diajarkan di dalam kelas semasa kuliah. Kemampuan itu bisa kita dapatkan asah
dengan mengikuti organisasi.
Sama seperti di SMA, di bangku perkuliahan pun juga ada
berbagai macam organisasi untuk mengembangkan minat dan bakat kalian. Dari
bidang olahraga, jurnalistik, legislatif, keagamaan, bahkan militer akan kalian
temui di kampus. Di dalam organisasi inilah soft skill kalian nantinya akan
diasah sebagai persiapan untuk terjun di
masyarakat dan di dunia kerja. Dan asal kalian tau, teman – teman kalian di
organisasi ini nantinya dapat bermanfaat sebagai link dalam mencari kerja.
Siapa yang akan tau, mungkin setelah lulus kuliah nanti kalian tidak langsung mendapatkan pekerjaan yang cocok.
Mungkin karena IPK kalian tidak terlalu ‘wow’, atau prestasi kalian yang kurang
di kampus. Nah teman – teman organisasi kalian inilah yang dapat menjadi
penyelamat dari gelar sarjana pengangguran itu. Makanya kuliah jangan cuma
masuk kelas, garap tugas, pulang. Coba untuk bergabung di organisasi agar waktu
kalian tidak terbuang sia – sia.
Terakhir, IPK memang tidak menentukan
segalanya. Mahasiswa yang selalu mendapat IPK tinggi belum tentu masa depannya
bisa berjalan sesuai rencana, dan mahasiswa yang ber – IPK seadanya pun malah
banyak yang cerah masa depannya karena mereka bekerja keras dan juga memiliki
banyak relasi yang menolong mereka. Gelar sarjana yang kalian dapatkan setelah
lulus kuliah juga tidak menjamin kalian mendapat pekerjaan sesuai dengan bidang
yang kalian pelajari. Tetapi jangan 100% menganggap kalau IPK bukanlah
segalanya, setidaknya kejarlah IPK tinggi itu sebagai bentuk timbal balik
kalian terhadap jasa orang tua kalian yang sudah menyekolahkan kalian hingga
bangku perguruan tinggi.