Kamis, 09 Februari 2017

Seputar Kuliiah : IPK Harus Tinggi atau IPK Bukan Segalanya?

Haiiii! Postingan kali ini saya tujukan buat adek – adek yang belum kuliah dan yang baru akan memulai kuliah. Mungkin di antara kalian ada yang sudah tau ataupun malah gak tau sama sekali tentang IPK. Apa sih IPK itu?

IPK adalah singkatan dari Indeks Prestasi Kumulatif, yaitu nilai akhir yang menjadi t olak ukur intelektual bagi seorang mahasiswa selama masa pendidikan di perguruan tinggi. IPK biasanya diukur dengan skala angka 1 sampai 4. Mirip – mirip sama raport kalau di SMA. Adik – adik yang di sekolahnya pernah menggunakan kurikulum tahun 2013 pasti tau istilah ini.

Nah di dunia perkuliahan sendiri, mahasiswa dihadapkan dengan banyak pola pikir yang membuat mereka selalu mendewakan IPK tersebut. Banyak anggapan yang mengatakan kalau kalian mendapat IPK rendah pasti akan sulit cari kerja, sulit dapat jodoh, dsb. Anggapan itu sedikit banyak membuat masa pendidikan di perguruan tinggi jadi kehilangan esensi untuk menciptakan generasi bangsa yang berpikiran maju dan ber - attitude baik. Mereka rela melakukan berbagai cara untuk meraih IPK tinggi.
Kenyataan di lapangan juga makin memperkuat anggapan ‘IPK harus tinggi’ ini. Banyak perusahaan yang menempatkan IPK sebagai syarat penentu apakah surat lamaran pekerjaan kalian akan sampai ke tangan HRD atau akan mengendap di tempat sampah . Rata – rata syarat IPK minimal yang tercantum di lowongan – lowongan pekerjaan adalah 2.75 atau 3.00. Memang angka itu kelihatan kecil dan sangat mudah diraih, tapi jika IPK kalian pas – pasan pasti kalian akan tersingkir dengan cepat dalam kompetisi pencarian kerja. Beasiswa juga salah satu yang menjadikan IPK sebagai syarat mutlak. Jangan harap dengan IPK pas – pasan beasiswa bisa diraih. Saya sudah membuktikan bahkan dengan IPK yang selangit pun jalan untuk meraih beasiswa tidak dijamin mulus.

Di sisi lain, banyak juga mahasiswa yang mempercayai jika IPK bukanlah segalanya. IPKrendah / biasa – biasa saja tidak apa – apa yang penting soft skill terasah sempurna dan relasi di mana – mana. Pendapat ini juga tidak sepenuhnya salah, kenapa?

Di dalam dunia kerja bukan hanya hard skill di bidang akademik yang diperlukan, tetapi juga soft skill. Soft skill di sini maksudnya adalah kemampuan interpersonal, yaitu kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain seperti menyampaikan pendapat, bekerja dalam tim, kepemimpinan, dll. Nah kemampuan itu hanya sedikit atau bahkan tidak diajarkan di dalam kelas semasa kuliah. Kemampuan itu bisa kita dapatkan asah dengan mengikuti organisasi.

Sama seperti di SMA, di bangku perkuliahan pun juga ada berbagai macam organisasi untuk mengembangkan minat dan bakat kalian. Dari bidang olahraga, jurnalistik, legislatif, keagamaan, bahkan militer akan kalian temui di kampus. Di dalam organisasi inilah soft skill kalian nantinya akan diasah sebagai persiapan untuk  terjun di masyarakat dan di dunia kerja. Dan asal kalian tau, teman – teman kalian di organisasi ini nantinya dapat bermanfaat sebagai link dalam mencari kerja. Siapa yang akan tau, mungkin setelah lulus kuliah nanti kalian tidak  langsung mendapatkan pekerjaan yang cocok. Mungkin karena IPK kalian tidak terlalu ‘wow’, atau prestasi kalian yang kurang di kampus. Nah teman – teman organisasi kalian inilah yang dapat menjadi penyelamat dari gelar sarjana pengangguran itu. Makanya kuliah jangan cuma masuk kelas, garap tugas, pulang. Coba untuk bergabung di organisasi agar waktu kalian tidak terbuang sia – sia.


Terakhir, IPK memang tidak menentukan segalanya. Mahasiswa yang selalu mendapat IPK tinggi belum tentu masa depannya bisa berjalan sesuai rencana, dan mahasiswa yang ber – IPK seadanya pun malah banyak yang cerah masa depannya karena mereka bekerja keras dan juga memiliki banyak relasi yang menolong mereka. Gelar sarjana yang kalian dapatkan setelah lulus kuliah juga tidak menjamin kalian mendapat pekerjaan sesuai dengan bidang yang kalian pelajari. Tetapi jangan 100% menganggap kalau IPK bukanlah segalanya, setidaknya kejarlah IPK tinggi itu sebagai bentuk timbal balik kalian terhadap jasa orang tua kalian yang sudah menyekolahkan kalian hingga bangku perguruan tinggi.