
* * * *
Ada satu anekdot yang pernah saya baca dari sebuah blog yang
menjadi alasan kenapa menulis itu sulit. “Jarak otak dengan mulut lebih dekat
ketimbang dengan tangan. Itulah kenapa lebih mudah berbicara ketimbang
menulis”. Jika dilihat dari kacamata ngawurologi, ucapan tersebut
memang ada benarnya. Kalian pasti juga pernah merasakannya, gagasan – gagasan
yang lalu lalang di otak kalian jauh lebih mudah menggunakan mulut ketimbang
dengan tangan.
Lalu kenapa menulis terasa sulit bagi sebagian orang
(termasuk saya)?
Kekosongan ide adalah salah satu penghalang terbesar banyak
orang untuk menulis. Kekosongan ide disebabkan kurangnya informasi yang kita
baca, baik itu dari buku, koran, majalah, atau artikel – artikel. Saya sendiri
termasuk orang yang kurang suka (bukan tidak suka) membaca. Saya merasa seperti
alergi jika harus menghadapi kertas berisi ribuan kata yang harus saya baca
satu demi satu, saya juga merasa kesulitan untuk fokus berdiam diri sambil
menghabiskan satu bahan bacaan hingga tuntas. Blog ini buktinya, yang dulu saya
buat dengan harapan untuk bisa memacu semangat saya untuk lebih banyak membaca
dan menulis, sekarang malah terlantar. Sudah hampir 2 tahun saya membuat blog
ini, tetapi artikel yang saya tulis di sini pun begitu minim.
Masalah lain yang sering dihadapi ketika menulis adalah
terlalu banyak pikiran. Ya, terkadang kita memiliki gagasan yang berlimpah ruah
dalam otak kita, tetapi ketika akan menuangkannya dalam bentuk tulisan, tangan
kita tiba – tiba kaku, mood amburadul, dan akhirnya ide – ide kita hanya menjadi
ide. Hal itu karena kita terlalu banyak pikiran negatif dan ketakutan yang
muncul saat akan menulis, kita takut tulisan kita kurang berbobot, kita belum
menemukan gaya penulisan yang cocok, kita khawatir dengan penilaian jelek orang
lain terhadap hasil tulisan kita, kita takut akan hasil tulisan kita yang tidak
terstruktur dan ruwet. Hal seperti itu biasanya sangat menghambat progress kita dalam menghasilkan
tulisan.
Tapi kemudian setelah saya mengikuti beberapa seminar kepenulisan, saya coba merenung. Semua orang sebenarnya bisa menulis. Untuk
menulis kita tidak butuh bakat (walaupun memang ada orang yang diberi karunia
dengan bakat mengolah tulisan), yang kita perlukan adalah kemauan untuk terus
berlatih. Jika saat ini tulisan yang kita hasilkan masih kurang terstruktur
ataupun kurang berbobot, itu tandanya kita masih perlu banyak latihan. Untuk
mengawalinya, kita tidak perlu menulis tentang topik yang berat atau tulisan
yang panjang. Menulislah sebisanya dan lakukanlah dengan konsisten, lama kelamaan
tulisan kita pun akan semakin bagus isi dan kualitasnya.
Terkahir, saya coba memandang peribahasa “harimau mati
meninggalkan belang, gajah mati gading” dari sisi berbeda. Menurut saya,
peribahasa tersebut bermakna setiap makhluk hidup pasti akan meninggalkan
sesuatu ketika dia sudah mati. Kita pun sebagai manusia harus memiliki sesuatu
untuk ditinggalkan ketika kita mati nanti. Jika harimau mati meninggalkan
belang (dalam hal ini saya maknai belang sebagai bulu harimau yang berharga
begitu mahal), gajah mati meninggalkan gading, maka manusia jika ia mati ia
harus meninggalkan karya. Sekarang saya ingin mencoba membuang jauh - jauh segala pikiran negatif tentang menulis, ya walaupun nanti tulisan saya hanya sedikit dibaca orang, kurang berbobot, dan segala macamnya.
Jadi, ayo ngeblog lagi, nulis lagi, berkarya lagi!